Oktober Laporan Pasar: Industri Daging Sapi Asia Tenggara

Edisi ke-59: Oktober 2018

 

Poin-Poin Utama

  • Harga di Indonesia kembali melemah dengan munculnya tanda-tanda kelebihan pasokan.
  • Harga di China tetap kuat dengan wabah African Swine Fever yang terus menyebar.
  • Harga di Filipina mencapai $4 untuk pertama kalinya.

Asian Slaughter Steer

 

Indonesia: Sapi potong steer, AUD $3,93/kg bobot hidup (Rp10.700 = AUD $1)

Setelah 9 bulan terus naik, harga sapi potong di Indonesia akhirnya kembali merosot dari Rp43.000 pada bulan September menjadi Rp42.000 di bulan ini. Semua pendapat yang saya dengar menunjukkan bahwa ini hanyalah awal dari penurunan harga yang signifikan dan berkelanjutan, sebagai akibat dari kelebihan pasokan yang serius. Penurunan harga ini menunjukkan betapa sempitnya margin atas dan margin bawah pasokan. Baru di bulan lalu, para importir menjual sapi yang belum selesai digemukkan dan hanya diberi pakan dalam waktu singkat demi memastikan bahwa pelanggan mereka memiliki persediaan yang cukup. Namun, besarnya jumlah impor pada bulan Juli (60 ribu ekor) dan Agustus (70 ribu ekor) yang mengalir masuk ke pasar menyebabkan pasokan menjadi sangat berlebih, yang dapat terus berlanjut sampai semua sapi yang diimpor pada Juli dan Agustus telah terjual melalui sistem, dan ini dapat berlanjut hingga Desember.

 

Saya mengunjungi Bambu Kuning yang merupakan pasar tradisional besar di Bandar Lampung (Sumatera) pada bulan Oktober (lihat foto di bawah). Di sana, saya mendengar dari para pedagang bahwa penjualan mereka merosot sejak Lebaran (akhir Juli) karena mereka tidak dapat menjual sapi pedaging yang harganya terus menanjak kepada pelanggan mereka. Di saat yang sama, daging kerbau India siap sedia memberi alternatif yang lebih murah bagi para pelanggan.

 

Melemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak signifikan terhadap margin importir. Rupiah yang melemah terhadap USD dan AUD membawa sejumlah dampak negatif karena pengiriman melalui laut dibayar dalam USD sementara ternak dibeli dalam AUD. Selain itu, harga sapi di bagian utara Australia naik sekitar 5 sen per kg hingga mencapai sekitar $ 3,10 per kg bobot hidup pada akhir Oktober. Tingkat harga ini kemungkinan akan tetap relatif stabil hingga terjadi kekeringan di Australia, di mana pada saat itu harga ternak di seluruh negeri akan meningkat tajam dan membawa kejutan lain yang menyakitkan bagi para importir Indonesia.

 

Pengiriman pertama sapi indukan impor Australia yang disponsori oleh Pemerintah Indonesia sudah tiba di Jawa Tengah untuk selanjutnya didistribusikan kepada petani kecil di seluruh nusantara. Dua pengiriman berikutnya sedang dalam tahap persiapan dengan kemungkinan jumlah sapi indukan yang diimpor sekitar 6.000 ekor.

 

Masalah ketidakmampuan importir dalam memenuhi persyaratan mengimpor 1 ekor sapi indukan untuk setiap 5 ekor sapi bakalan, tetap belum terpecahkan. Satu-satunya kepastian adalah bahwa hampir semua importir akan gagal mematuhi (dengan selisih yang jauh) perjanjian yang sudah mereka tandatangani.

Photo1, Beef in the Bambu Kuning Market
Foto: Daging sapi di Pasar Bambu Kuning ini berasal dari Santori, salah satu importir/pelaku usaha penggemukan terbesar di Indonesia, yang memiliki dua feedlot besar di daerah Lampung. Harganya berkisar dari Rp110.000 sampai Rp130.000 per kg tergantung jenis potongan.

 

Photo2, Indian Frozen Beef
Foto: Di kios sebelahnya, seorang penjual menawarkan daging kerbau beku India seharga Rp90.000 sampai Rp100.000 per kg. Para penjual mengatakan bahwa harga produk India dinaikkan dan diturunkan hanya sekadar untuk menyesuaikan dengan diskon produk lokal sekitar 25%. Produk ini jelas merupakan produk beku dan menurut para pedagang, pembeli selalu menyentuh daging yang dijual untuk memastikan apakah dagingnya dingin dan memang berasal dari India.

 

Bencana alam yang baru-baru terjadi akibat gempa bumi dan tsunami di Lombok dan Sulawesi menjadi berita internasional. Beberapa orang berpendapat bahwa bencana kali ini sangat tidak biasa. Secara geologis, Indonesia terletak di “Cincin Api Pasifik” dan akibatnya terus-menerus mengalami gempa bumi yang parah dan letusan gunung berapi. Risiko bencana seperti ini selalu ada, dan jika bencana besar terjadi di daerah yang padat penduduk maka akan berpotensi menimbulkan pukulan besar bagi penduduk Indonesia dan perekonomian mereka. Di bawah ini adalah peta lokasi gempa bumi berkekuatan besar (dengan skala lebih dari 5) selama 50 tahun terakhir.

 

Photo3, Location of Earthquakes in Indonesia
Peta: Diambil dari Kompas, menunjukkan lokasi gempa bumi di Indonesia di atas skala 5, selama 50 tahun terakhir.

 

Vietnam: Sapi potong steer, AUD $4,13/kg (VND16.700 = AUD $1)

Tingkat penyembelihan secara umum stabil pada bulan Oktober dengan penurunan harga dalam AUD di atas terjadi karena Dong sedikit menguat terhadap AUD. Pasar di Vietnam masih menjadi alternatif yang sangat penting bagi para eksportir Australia, karena pasar nomor satu mereka di Indonesia sedang terus menurun.

 

Photo5, Roadside Beef stall
Foto diambil oleh teman baik saya, Dr Vinai Suwanidcharoen yang berkunjung ke Vietnam pada bulan Oktober dan melewati kios daging sapi (sapi lokal) yang sangat efisien ini. Kepala sapi berperan sebagai iklan sementara seluruh paket daging dan peralatan dapat dikemas dan dimuat dengan sepeda motor. Hemat waktu, tenaga, dan biaya.

 

China: Sapi potong, AUD $5,56/kg (RMB 4,95 = AUD $1)

Harga sapi potong relatif stabil selama bulan Oktober dengan harga di Beijing Yuan 27 per kg bobot hidup dan harga di Shanghai bertahan di Y 28.

 

Wabah African Swine Fever (ASF) terus menyebar di seluruh China dengan ditemukannya kasus-kasus baru di provinsi-provinsi di ujung Barat Daya selama bulan Oktober (lihat peta di bawah). ASF adalah penyakit yang sangat sulit ditangani karena dapat menular melalui beragam produk babi dan babi hidup. Satu-satunya pendekatan yang ampuh untuk mengendalikan dan membasmi wabah penyakit ini adalah dengan mematikan semua babi di lokasi yang terinfeksi, disusul dengan periode karantina yang panjang, dan larangan total untuk memindahkan produk-produk babi maupun babi hidup di kawasan terkait. Akibatnya adalah jatuhnya harga di daerah-daerah yang melakukan karantina dan kenaikan harga yang tajam di daerah-daerah yang tidak terinfeksi namun memiliki babi lokal dalam jumlah kecil. Situasi ini menciptakan masalah klasik bagi pihak berwenang yang berusaha mencegah penularan penyakit dari daerah yang terinfeksi. Ketika perbedaan harga semakin tinggi, yaitu harga rendah di area yang terinfeksi dan harga tinggi di area yang tidak terinfeksi, keuntungan finansial penyelundupan babi hidup atau produk babi dari daerah yang terinfeksi ke kawasan bebas infeksi menjadi semakin besar. Dan para penyelundup yang berusaha mencari keuntungan selalu lebih berhasil daripada petugas pemerintah.

 

Photo6, the Outbreaks in China
Peta dari artikel terbaru oleh Simon Quilty menunjukkan merebaknya wabah baru pada akhir Oktober di selatan dan barat daya China.

 

Filipina: Sapi potong, AUD $4,06/kg (Peso 38,2 = AUD $1)

Melonjaknya harga daging sapi dan sapi hidup dikombinasikan dengan penguatan Peso telah mendorong harga sapi potong hidup melampaui AUD $4 untuk pertama kalinya sejak laporan ini mulai menyertakan Filipina, pada pertengahan 2014. Saat itu, harga sapi potong masih di bawah AUD $2 per kg berat badan! Saya yakin bahwa eksportir sapi hidup Australia akan membolak-balik buku telepon lama mereka untuk menemukan nomor para importir Filipina yang sudah tidak aktif selama lebih dari dua dekade. Foto di bawah ini diambil oleh agen lokal saya sewaktu dia mengunjungi pasar tradisional di General Santos City di Mindanao

 

Photo7, Beef trader in Mindanao
Foto: Penjual daging yang tampak sangat bahagia di General Santos City, South Cotabato, Mindanao. Tidak heran, mengingat pesatnya kenaikan harga.

 

Thailand: Sapi potong steer, AUD $4,09/kg (Baht 23,5 = AUD $1)

Harga menguat di bulan ini dengan kenaikkan naik dari THB95 menjadi 98 sementara harga sapi jantan naik dari THB92 menjadi 95 pada akhir Oktober. Agen saya mengatakan bahwa arus masuk ternak dari Myanmar ke Thailand sudah dimulai lagi, setelah banjir baru-baru ini. Namun, kualitasnya masih buruk dan tidak membangkitkan persaingan dengan stok lokal. Pada saat yang sama, ada laporan bahwa sejumlah besar sapi yang berasal dari Thailand diselundupkan dengan truk ke Cina melalui gerbang perbatasan Laos bagian utara di dekat Luang Namtha, di mana kereta Jalur Sutra yang baru memasuki Laos dari Cina. Beberapa angka yang dikutip bahkan mencapai 1.000 ekor dalam satu hari.

 

Saya mengunjungi Chiang Mai di Thailand bagian utara pada bulan Oktober, bersama Fraser Macfarlane dan mengamati industri daging sapi lokal dari dekat. Thailand tampaknya berubah lebih cepat daripada banyak kawasan lain di Asia, di mana pasar-pasar swalayan menguasai pangsa penjualan ritel yang jauh lebih besar daripada pasar tradisional. Rantai supermarket besar nasional dan internasional menyajikan banyak sekali daging sapi (dan beragam produk lainnya) sementara penawaran di pasar tradisional sangat mengecewakan. Foto di bawah ini diambil di pasar tradisional Warorot Road di China Town, Chiang Mai. Ini adalah salah satu pasar tradisional terbesar di Chiang Mai, tetapi hanya ada satu meja yang menjual daging sapi, bersama-sama dengan daging ayam dan ikan yang jumlahnya lebih banyak. Kami mengunjungi dua jaringan supermarket besar, Makro dan Rimping, keduanya menjual daging sapi yang sangat banyak dari berbagai sumber.

 

Photo8, Fraser
Foto: Fraser berdiri dekat kios yang menjual sedikit daging sapi dengan harga relatif mahal, THB300 per kg sementara harga daging ayam hanya 80 per kg. Daging babi dijual seharga 140.

 

Photo9, Knuckle at Makro
Foto: Daging kelapa (knuckle) di swalayan Makro dijual seharga THB300 per kg atau sekitar AUD$12,77.

 

Photo10, Frozen Indian Tenderloin
Foto: Tenderloin beku dari kerbau India di swalayan Makro.

 

Photo11, Aussie Beef
Foto: Daging sapi Australia disajikan di Rimping, sebuah swalayan kelas atas yang menjual berbagai produk makanan menakjubkan dari seluruh dunia. Striploin sapi Angus dijual seharga THB155=AUD$66 per kg, AACo Rib Eye @ AUD$76 per kg dan AACo striploin @ AUD$62 per kg.

 

Dari pengamatan sekilas di bagian daging, buah, dan sayuran di Rimping swalayan, kami melihat ada buah dan sayuran dari Selandia Baru, Chili, Australia, China, Jepang dan Amerika Serikat serta banyak daging domba dari Thomas Foods di Australia Selatan. Lihat dua contoh di bawah ini. Saya harus memuji para manajer rantai pasok supermarket ini karena produk mereka disajikan dengan amat menarik dan dalam kondisi yang sangat baik, meskipun melalui perjalanan yang sangat panjang dari seluruh dunia ke Thailand utara.

 

Photo12, Aussie Carrots
Foto:Wortel Australia dari Moffatt di Tarome, Queensland.

 

Photo13, Aussie Spinach
Foto: Bayam Australia dari Coolibah di Pearcedale, Victoria.

 

Etiopia

George Black mengirimkan foto yang bagus di bawah ini. Mengapa tukang daging ini terlihat sangat bahagia, itu misteri bagi saya mengingat kondisi toko yang seadanya namun tidak membuatnya terganggu. Atau mungkin dia hanya senang dipotret.

Kios daging sapi eceran ini terletak di sebuah kota kecil di provinsi Tigray di utara Etiopia, di mana George bekerja memberikan pelayanan konsultasi untuk sebuah proyek peternakan.

 

Photo14, Etiopia

 

Angka-angka pada tabel ini dikonversi ke AUD$ dari kurs masing-masing negara yang berubah setiap harinya, sehingga harga aktualnya sedikit berbeda oleh fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang terus berubah. Harga dalam AUD$ yang disajikan di bawah ini hendaknya dilihat sebagai sebuah tren, bukannya harga persis masing-masingnya. Bila memungkinkan, daging potong yang digunakan untuk penentuan harga di pasar tradisional dan di supermarket adalah bagian knuckle/round atau yang biasa disebut daging kelapa.

Tabel Harga Bulan Oktober 2018

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share the Post:

Related Posts